Selasa, 09 Februari 2016

Yasmine (2014)


Yasmine: Menembus Batas Demi Cinta. Film kolaborasi Brunei Darussalam dan Indonesia ini disutradarai oleh sutradara pendatang baru asal Brunei, Siti Kamaluddin. Film ini dibintangi oleh pemain-pemain muda seperti Liyana Yus (berperan sebagai Yasmine), Nadia Wahid, Roy Sungkono, Mentari De Marella, dan aktor-aktor papan atas Indonesia seperti Reza Rahadian (berperan sebagai Fahri, ayah Yasmine), Dwi Sasono, dan Agus Kuncoro.

Ini recommended film untuk anak muda. Banyak pelajaran berharga dalam film ini. Tidak ada adegan ataupun penampilan erotis seperti film ala hollywood/bollywood. Bahasa Melayu, busana Melayu, dan rumah adat Melayu sangat kental dalam film ini. Boleh dikata, ini contoh film terbaik anak muda zaman sekarang. Memang ada balutan cinta-cintaan, tapi kemasannya keren: perjuangan mendapatkan perhatian sang do'i dibela-belain dengan memaksakan diri ikut pertandingan silat. Sebagaimana kultur Melayu, nafas Islam dibawa dalam film ini. Coba film remaja/anak muda di Indonesia dibuat seperti ini... Saya rasa pasti keren. Tidak ada cengeng-cengengnya. Justru menampilkan persahabatan, perjuangan, tata krama, bakti pada orang tua dan guru, pengorbanan, dan banyak hal positif lainnya.

Seni beladiri silat menjadi kisah dominan yang diceritakan. Fahri melarang Yasmine Fatia mengikuti club silat. Untuk itu, ia mencoba menyibukkan Yasmine dengan kegiatan lain yang positif, ia mendatangkan seorang cikgu untuk mengajari Yasmine mengaji. Dalam film ini, Yasmine mempraktekkan bacaan Al Qurannya, walau sedikit.

Yasmine berusaha keras agar bisa mengikuti latihan club silat. Walau baru ikut latihan, ia mati-matian memperjuangkan agar club silatnya dapat mengikuti dan bahkan memenangkan pertandingan silat antar sekolah.

Sepuluh perguruan silat ia datangi bersama dua rekannya, tapi tak satu pun guru berkenan mengajarinya silat.

"Ilmuku hanya aku ajarkan untuk keluarga dan keturunanku. Maaf aku tak bisa mengajarimu."

"Pertandingan itu digelar di utara, sedangkan kami aliran di negeri selatan. Angin selatan tidak akan pernah berhembus ke utara. Maaf aku tak bisa mengajarimu."

Yasmine tak kecewa dengan club yang diikutinya. Yasmine tak patah arang tidak ada guru yang membimbingnya. Ia bersama dua rekannya telah membulatkan tekad mengikuti pertandingan silat. Ia pelajari jurus-jurus silat melalui buku-buku yang ia miliki, sesekali ia berburu buku ke perpustakaan nasional. Belajar mandiri bersama dua rekannya. Hingga suatu ketika ia temukan satu nama guru. Ia berharap dapat berguru silat kepadanya.

Setelah berjuang melewati belantara hutan, di rumah yang ia singgahi, ia bertemu dengan seorang lelaki di atas kursi roda. Apakah seorang yang cacat ini sanggup mengajari silat? Dan ia yang cacat ini bersedia menerima Yasmine dan kawan-kawannya sebagai murid. Walau tak ada jurus yang ia praktikkan, ia latih Yasmine ketahanan dan kekuatan fisik, juga ketangkasan. Ia ajar mereka dengan teknik-teknik.

(Saya jadi teringat Syaikh Ahmad Yassin. Dengan segala keterbatasannya. Lumpuh seluruh badannya. Dari atas kursi roda dan bahkan suaranya tak terdengar jelas, beliau membuat dunia bergetar. Israel dan sekutunya pun terguncang akan keberadaannya. ... Semoga Syaikh Ahmad Yassin dilimpahi kebahagiaan di sisi Allah. Aamiin.)

Tak patah semangat Yasmine mengejar ilmu silat. Ia mengarungi danau dan menembus hutan hingga ia berjumpa Pendekar Hitam yang mengajarinya ilmu keras, Kepalan Akhirat. Dengan ilmu ini, Yasmine berharap dapat mengalahkan Dewi Iyana, lawannya di babak final. Yasmine berasal dari sekolah tak terkenal, sedangkan Dewi adalah juara bertahan pertandingan silat yang berasal dari sekolah favorit internasional.

* * *

Mengapa Fahri melarang Yasmine bermain silat? Ternyata Fahri semasa mduanya adalah pendekar silat ternama yang mengalahkan seorang laki-laki yang kini cacat di atas kursi roda, guru Yasmine. Waktu itu Fahri memukul lawannya dengan jurus Kepalan Akhirat hingga berakibat fatal seperti itu. Dari masa lalunya itu, Fahri merasa bersalah. Ia beranggapan silat sangat berbahaya.

Namun, lelaki di atas kursi roda ternyata berjiwa bijak. Ia kunjungi Fahri. Ia katakan, tidak ada masalah dengannya. Semua itu adalah pertandingan yang resikonya harus siap ditanggung bagi siapapun peserta pertandingan. Ia meminta Fahri agar mendukung Yasmine mewujudkan mimpinya melalui club silat.

Sangat menarik!

1 komentar: